“Hai orang2 yang beriman, bertakwalah kepada Allah swt. dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada allah, sesumgguhnya allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S Al hasyr 18)
Ayat di atas menunjukkan bahwa seorang hamba diperintahkan oleh tuhan untuk mempunyai pandangan atau tujuan yang jauh ke depan. Pandangan yang jauh ke depan ini sering disebut visi. Tujuan jangka panjang ini jika dilihat hanya seperti khayalan yang tidak ada gunanya, maka banyak orang tidak tahu betapa ajaibnya sebuah visi. Sebab, setiap usaha harus memiliki tujuan atau visi yang jelas agar pekerjaan terorganisir.
Visi dikatakan sebagai sesuatu yang ajaib karena tanpa visi yang jelas, hidup tidak akan ada artinya. Sebaliknya dengan adanya visi yang kuat dan jelas seorang akan bisa “hidup” lebih panjang dari usia hidup yang sesungguhnya.
Mengapa demikian, sementara kehidupan umum manusia hanya sampai 60 tahun? Sebab, visi ibarat puncak gunung yang tinggi. Setiap manusia yang mempunyai visi diibaratkan sebagai seorang pendaki puncak gunung tersebut. Untuk mencapai puncak itu, para pendaki harus mempunyai langkah-langkah yang jelas dan punya pegangan yang erat untuk membantu pendakiannya, serta harus menempatakan kaki pada pijakan yang tepat.
Begitulah visi, ia adalah tujuan yang akan mengarahkan langkah, perilaku, pikiran dan keyakinan seseorang hingga mencapai puncak kesuksesan. Waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan visi itu sangat panjang, sementara waktu manusia sangat pendek.
Untuk itu, diperlukan perjuangan dengan penuh komitmen dan tanggungjawab, sehingga menjadikan visi beserta penggagasnya dikenal dan dikenang hingga ratusan bahkan ribuan tahun. Disinilah keabadian yang didapatkan, walaupun orang yang mempunyai visi tersebut telah mati tapi masih dikenang atau masih dijalankan oleh orang-orang setelahnya.
Coba kita lihat salah satu contoh orang yang mempunyai visi, yaitu Nabi Muhammad saw. Dia adalah orang yang sejak kecil tidak pernah berbohong, selalu menepati janji, penyayang, cerdas dan visioner. Kepandaiannya dalam merumuskan sebuah visi yang jelas dapat kita lihat pada perang khandaq, ketika kaum muslimin terjepit.
Pada saat itu, Rasulullah mengambil cangkul dan berkata kepada sahabatnya “Allahu Akbar, telah diberikan kepadaku kunci-kunci negeri Syam”. Dia kembali memukul dengan cangkul dan berkata. “Allahu Akbar, telah diberikan kepadaku kunci-kunci pintu negeri Persia! Demi Allah, sesungguhnya aku melihat istana mada’in yang putih”. Kemudian dia memukulkan cangkulnya lagi seraya berkata. ”Allahu Akbar, Telah diberikan kepadaku kunci-kunci negeri Yaman. Demi Allah, sesungguhnya aku melihat pintu-pintu shan’a dari tempatku, saat ini”.
Diriwayatkan juga bahwa Rasulullah saw. pernah menggambarkan masa depan islam,” agama ini akan sampai pada setiap tempat di mana ada malam dan siang, dan Allah tidak akan membiarkan satu rumah pun kecuali agama ini masuk ke dalamnya bersama kemuliaan orang yang mulia atau kehinaan orang yang hina. Kemuliaan yang Allah muliakan dengan Islam dan kehinaan yang Allah hinakan dengan kekufuran” (H.R. Ahmad)
Hadis tersebut menjelaskan bahwa seluruh manusia di muka bumi, baik dari golongan apapun, orang kota atau orang kampung, akan masuk islam dengan perantara-perantara orang sholeh yang mulia. Itulah visi yang digambarkan Rasulullah, sehingga akan memengaruhi kehidupan umat Islam setelahnya.
Bertahun-tahun kemudian setelah nabi wafat, islam sudah menyebar keberbagai negara penjuru dunia, keberbagai benua. Hal ini menjawab tentang perwujudan sebuah visi yang digagas oleh Rasulullah yang tercapai setelah beliau wafat. Hal ini memberikan isyarat bahwa sebuah visi itu tidak akan tercapai hanya dalam sekejap mata, tetapi membutuhkan waktu panjang.
Menentukan sebuah visi itu sangat mudah, tetapi dalam mewujudkannya adalah hal yang tidak gampang. Diperlukan energi dan pikiran ekstra untuk mewujudkan visi menjadi realita. Dengan memiliki visi yang jelas, kita bisa menjalani hidup selama berabad-abad bahkan sampai ribuan tahun. Selama masih ada orang yang kuat dan teguh dalam melanjutkan visi kita, selama itulah kita “hidup”.
Keharusan dalam mempunyai visi yang jelas tidak ditujukan kepada imdividu saja. Tapi ditujukan juga kepada suatu organisasi, lembaga dan pemerintahan agar jelas ke arah mana mereka membawa negeri ini. Tidak hanya itu, mereka juga diharuskan untuk selalu melakukan regenerasi, karena disinilah letak pentingnya sebuah visi. Wallahu ‘alan bi al-showab.
Oleh: Moch Rosyad A.R, Director Observer Reconciliation of Indonesia, Ketua Bidang PPPA HMI Komisariat Persiapan FEBI Walisongo Semarang 2018-2019.
Sumber: Harakatuna.com
0 Komentar