Bulan Ramadhan, Penjarakan Lisan dari Ujaran Kebencian

Bulan Ramadhan, Penjarakan Lisan dari Ujaran Kebencian
Bulan Ramadhan menjadi bulan istimewa bagi umat muslim. Janji Allah melipatgandakan setiap perbuatan membuat kita berlomba-lomba senantiasa melakukan ibadah. Barangkali kita rindu momen-momen pada bulan puasa, sehingga telah mempersiapkan mental sebelumnya dan akan cendurung berkeinginan melakukan kegiatan sosial agar menjadi insan sempurna.
Pada hakikatnya, puasa merupakan olah batin untuk mempertajam spiritualitas setiap orang. Tujuannya adalah proses pembentukan karakter seseorang untuk kemudian dibawa dan terus diimplementasikan bukan hanya dibulan ramadhan saja.
Jihad umat muslim dalam menahan nafsu di bulan ramadhan tidak cukup dengan menahan diri dari hajatnya memenuhi kebutuhan makan maupun minum, namun juga menahan perilaku buruk, salah satunya adalah menahan ujaran buruk. Manusia dibekali akal yang sempurna fungsinya untuk menahan dari semua itu, sehingga inilah yang menjadi pembeda antara manusia dan binatang.
Ujaran kebencian merupakan ekspresi buruk dari dalam hatinya melalui lisan. Seharusnya kebiasaan ini segera dihilangkan karena ucapan buruk melahirkan energi negative yang akan berpotensi memacu kemarahan serta berbuat kasar. Ujaran kebencian bukan hanya diartikan ujaran secara langsung saja, namun ujaran kebencian melalui medsos juga menjadi bagian. Bukan malah perang dingin, sehingga yang timbul adalah terjadinya konflik serta perpecahan. Maka sikapi biasa saja ketika ada suatu perkataan yang menyinggung.
Penting kiranya kita selalu kontrol nafsu diri agar selalu selamat dan membersihkan jiwa dari penyakit hati. Karena jangan sampai kita kehilangan nilai pahala puasa hanya karena ujaran yang tidak bermanfaat. Semoga di bulan ramadhan ini kita diberi kelancaran beribadah dan senantiasa menjadi hamba yang bertakwa, bersabar dan bersyukur. Aamiin.
Oleh: Dewi Nur Latifah, Mahasiswi UIN Walisongo Semarang dan Peraih Beasiswa Bidikmisi Angkatan 2016

Posting Komentar

0 Komentar