Pada saat bulan suci ramadhan, masyarakat kerap kali disibukkan dengan berbagai aktivitas yang dapat meningkatkan finansialnya. Mereka juga cenderung memiliki tingkat konsumtif yang relative lebih tinggi dibanding bulan atau hari biasanya. Keinginan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan lebih banyak dibanding di bulan ramadhan yang membuat masyarakat semakin terpacu untuk berkerja keras agar memperoleh banyak uang.
Fenomena meningkatnya angka konsumtif masyarakat setiap bulan ramadhan terkadang menimbulkan tanda tanya. Mengapa masyarakat rela membeli barang atau kebutuhan yang jumlahnya lebih banyak padahal harga barang-barang secara keseluruhan pasti mengalami kenaikan. Hal ini tentu kontradiksi dengan kebiasaan masyarakat di luar bulan ramadhan. Barang-barang yang biasanya memiliki daya jual yang lebih rendah saja tidak banyak masyarakat yang mengonsumsi. Tentu fenomena ini bertentangan dengan teori ekonomi. Ketika suatu produk mengalami kenaikan harga, maka permintaan akan semakin menurun. Namun tetap saja, budaya konumtif masyarakat masih terjaga bahkan makin melonjak dari hari ke hari hingga pada puncaknya yaitu momen lebaran.
Baca Juga: Memaknai Manfaat Puasa
Bukan hanya semangat konsumtif saja, namun masyarakat juga memiliki spirit kerja yang luar biasa saat bulan ramadhan. Masyarakat beranggapan bahwa bekerja di bulan ramadhan adalah investasi, karena di akhir bulan biasanya para pekerja memperoleh tunjangan hari raya. Bukan hanya itu, bahkan mereka rela melakukan lembur hingga larut malam setiap hari untuk memperoleh tambahan gaji. Terbukti, dengan semangat inilah mampu menunjang taraf hidup masyarakat semakin berkualitas.
Bagi sebagian masyarakat, mereka lebih memilih untuk berwirausaha. Kesempatan di bulan ramadhan dijadikan sebagai jaring peluang untuk mencari uang untuk bekal lebaran, bahkan mereka berusaha untuk memperoleh keuntungan yang besar. Mereka mampu menciptakan peluang bisnis sendiri serta membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Semangat positif ini jika terus ditingkatkan maka akan memicu akselerasi peningkatan perekonomian mikro hingga merambah ke ekonomi makro nantinya.
Potensi Ekonomi di Bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan menjadi bulan penuh peluang bagi semua orang untuk melakukan bisnis. Terbukti bahwa semakin banyak pedagang-pedagang baru bermunculan. Banyak penjual yang semakin menjamur di pinggir jalan. Mereka memanfaatkan momen di bulan ini. Mereka semangat sekali mengeluarkan seluruh kemampuan dan kompetensinya. Ada yang menyediakan makanan dan minuman untuk berbuka, ada yang membuat aneka kue, merancang baju lebaran yang indah, ada juga yang membuat kerajinan tangan. Meskipun mereka menjualnya dengan harga yang mahal sekalipun, produk mereka tetap laris. Ini alasan banyak orang berduyun-duyun mengeksplor kemampuannya dengan jalan berbisnis di bulan ramadhan.
Para pembisnis dapat memanfaatkan sarana digital yang semakin efisien namun juga memberi banyak kemudahan. Mereka dapat menjual produk-produknya melalui banyak akun dengan biaya yang sangat murah. Apalagi media berbelanja online sudah dapat dirasakan di penjuru dunia. Segala sesuatu yang tadinya jauh menjadi sangat dekat. Sehingga penjual dan pembeli merasa nyaman dan aman. Mereka menghemat tenaga, waktu serta biaya transportasi untuk berbelanja. Hal ini tentu sangat menguntungkan dan pembisnis merasa terbantu dengan adanya media digital ini.
Baca Juga: Puasa dan Membumikan Pancasila
Para pembisnis juga merasa bahagia dan puas berdagang di bulan ramadhan. Mereka tidak harus mendistribusikan produknya ke tempat-tempat jauh, di sekitar alun-alun atau daerahnya saja masih mudah terjual. Biasanya permintaan dan pesanan konsumen meningkat jauh dibanding bulan lain. Mereka mengerjakan pesanan-pesanan itu dengan senang hati dan baik. Alhasil, mereka mempunyai bekal yang cukup untuk lebaran nanti. Membeli pakaian baru dan sembako yang memadai untuk keluarga besarnya.
Seandainya spirit kinerja masyarakat tetap dipertahankan. Tidak hanya berdagang di bulan ramadhan saja namun juga di bulan-bulan yang lain, maka akan mencapai kenaikan kualitas hidup masyarakat yang lebih makmur. Mereka memiliki cukup uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Serta perekonomian daerah juga tertopang, karena ekonomi mikro yang merata.
Semangat berbisnis masyarakat merupakan implikasi yang begitu positif. Namun sekali lagi perlu kita ingat, jika melihat efeknya yaitu kebiasaan masyarakat yang semakin konsumtif maka kita tidak boleh melupakan niat awal ibadah kita di bulan ramadhan. Yaitu peningkatan amal perbuatan, salah satu tujuannya juga untuk menahan hawa nafsu dari bentuk apapun. Jika semangat belanja masyarakat semakin meningkat, maka niatkan untuk memperoleh kebutuhan yang lebih baik sebagai sarana meningkatkan semangat beribadah di bulan ramadhan. Sehingga semua seimbang tanpa harus menghilangkan nilai-nilai ibadah puasa. Semoga kita semua diberi kelancaran dalam berbisnis, serta memperoleh keberkahan di bulan ramadhan. Aamiin..
Oleh: Dewi Nur Latifah, Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Walisongo dan Peraih Beasiswa Bidikmisi Angkatan 2016
0 Komentar